Senin, 26 Juni 2017

Aku Suka Senja


Aku lebih suka senja
Aku suka cara dia pergi
Tidak sepertinya
Aku tidak suka cara dia pergi

Aku suka senja
Karena setelah pergi, dia pasti kembali
Tidak sepertinya
Setelah dia pergi, dia tidak pernah kembali

Senja pergi hanya untuk sesaat
Dia pergi untuk selamanya

Senja hadir untuk melengkapi
Dia hadir untuk memberi ilusi

Senja pergi dan berjanji untuk kembali
Dan itu benar terjadi
Dia pergi dan berjanji untuk kembali
Dan itu tidak pernah terjadi

Tapi aku selalu menunggu ia kembali
Walaupun itu hanya imajinasi
Tapi dia tak pernah kembali
Karena semua itu hanyalah mimpi

Semesta

Malam ini,
Aku berjalan lirih menuju rumah.
Walaupun sebenarnya belum mau pulang.

Ditemani hujan gerimis,
Membuatku sempat malas beranjak.
Tapi aku harus pulang.

Di rumahmu bagaimana?
Hujan juga?
Deras atau hanya rintik-rintik?
Atau malah sangat cerah?

Kalau lagi bicara sama yang punya semesta,
Aku pasti selalu bertanya.

Tuhan.
Kenapa perempuan bisanya menangis?
Kenapa dia tidak bisa marah dan benci kepada seseorang yang jelas-jelas sudah menghanguskan perasaannya menjadi abu.
Kenapa dia malah menangis?

Padahal kata bundaku,
Air mata itu sangat berharga.
Tapi kan menangis itu tidak direncanakan.
Air mata keluar begitu saja.
Aku pun tidak pernah menginginkannya.

Kenapa ya dia menyayangiku melalui logikanya selalu merasa paling benar?
Kenapa dia tidak bisa menjadikan perasaanku sebagai prioritas utamanya?

Lagi-lagi jawabannya selalu sama.
Karena dia laki-laki.

Semesta perasaan ini tidak mau pergi.
Padahal aku sudah baca akhirnya sejak dahulu.
Tapi sampai sekarang,
Aku masih belum mempercayai jika ceritanya telah usai.

Rabu, 19 April 2017

Semoga

Perihal rasa yang tak lagi dapat dikecap
Meski asa begitu dalam tertancap
Mohon izinkan aku mencintai
Meski tanpa harus memiliki

Mencintaimu salah satu alasan kebahagianku
Memilikimu hanyalah kiasan perasaaan
Tapi semakin dalam rasa ini menyiksaku
Rasa ingin mengungkapkan

Terjerumus dalam lembah angan
Terus jatuh ke sumur kegelapan
Perihal mencintaimu bukanlah sekedar ucapan
Namun melebihi sebuah perasaan

Memendam lara yang terus membara
Perasaan yang kian tak terarah
Menjadikan luka yang sangat parah
Semoga kelak kau mengetahuinya

Asa dan realita tak sejalan
Mendapat balasan hanyalah angan
Darimu yang selalu aku semogakan

Semoga kita bisa saling mencinta
Semoga kita dapat bersama
Semoga kau mencintaiku juga

Tapi kau lebih mencintai dia,

Meski begitu kau tetap ku semogakan...

Semoga kau bahagia bersamanya.

Puisi Lama

Kutimang-timang berulang kali.
Kubaca, kulipat, kubaca lalu kulipat lagi.
Sumbang sekali kalau diraba.
Aahhh.... Rusak rupanya dia.

Dia itu kenangan.
Kenangan pahit yang kutulis abstrak.
Amburadul, sampai harus ku coret-coret.
Padahal rasa sakitku lebih dari apa yang ku gores.

Goresan itu adalah puisi lama.
Lama sekali sampai ia sekarat.
Kucari disela-sela sketsa, oohh... Terlihat rupanya.

Saat kubaca...
Rusak rupanya dia.
Sudahlaahh... Mati saja!
Sebab kau sudah tua.

Kamis, 13 April 2017

Hanya Pengungkapan

Sekarang aku menyadari semuanya ini salah. Mendekatinya, mengaguminya, menyukainya, mengobrol dengannya, bahkan memandangnya saja salah.

Ya, aku hanyalah orang yang bisa berbicara, tanpa bukti. Beginilah aku dimatamu.
Seseorang yang mempunyai banyak kesalahan. Dimatamu aku hanya manusia yang bisa menyalahkan orang. Bermimpi dan berharap.

Ya, kuakui itu. Tapi sepanjang aku berpikir, aku tak pernah menyalahkanmu, apalagi menuduhmu seorang pemberi harapan palsu. Karena aku tersadar, aku masih bisa berpikir dengan akal sehat yang kupunya.

Bahwa memilikimu adalah mustahil, dan aku takkan pernah mampu menggapaimu.
Dan aku juga sadar:bahwa aku telah tertikam oleh pisau ilusi, dan sesungguhnya aku hanya mengejar fatamorgana.
Kau hanyalah senja, yang singgah sebentar di garis cakrawala, lalu dalam sekejap dapat tenggelam. Indah, tetapi hanya sementara, sulit digapai.
Apalagi aku hanyalah seekor semut di labirin kehidupan. Yang hanya mengagumimu, senja. Dan mustahil menggapaimu.

Estetika kehidupan memang hal rumit.
Akupun tak menyangka bahwa aku bisa mengagumimu, yang sedang mengagumi seseorang.
Dan seketika aku sedang bak diguyur es, namun disambar petir sesudahnya.

Semua ini salah. Benar kan? Kau pasti akan memungkirinya.
Tercengang. Bahkan pemahaman ini tak dapat dijabarkan oleh Plato, Archimedes, Aristoteles, ataupun ahli filsafat lainnya.
Tak ada dalil yang sepaham. Ini bukan serupa dalil phytagoras ataupun teori kekekalan energi yang tercipta oleh sang jenius, Albert Einstein.

Bahkan Chairil Anwar tak dapat menterjemahkannya dalam puisi sejuta makna;atau Ahmad Tohari dengan ceritanya yang memesona.

Teori relativitas tidak berlaku dalam hal ini. Atau teori aksi-reaksi dalam fisika sekalipun.

Aku bukanlah penyair, atau sastrawan hebat seperti  shakespeare dengan Romeo-Juliet-nya atau Jalalludin Rumi, yang dapat merangkai beribu kata menjadi bait-bait yang menakjubkan.

Jadi, itu lumrah, bila engkau membacanya setelah itu kau menganggapnya sebagai coretan pena yang tiada guna, atau mungkin engkau bahkan tega menganggapnya sebuah sampah.
Ini bukanlah sebuah sindiran, harapan atau bualan.
Dan aku takkan pernah memaksamu untuk mengerti, memahami, lalu mengasihaniku.

Karena aku tahu engkau takkan pernah menyukaiku, aku paham. Mungkin aku terlalu hina bagi dirimu yang sempurna. Sekalipun aku pernah mengataimu angkuh, dan seolah-olah sempurna.

Ini hanyalah beribu huruf yang tersusun menjadi beberapa kata. Menyusunnya menjadi majas. Mengungkapkan pikiranku dan perasaanku yang masih tersisa.

Senin, 04 Juli 2016

Jika Terlalu Rindu

Terlalu rindu seringkali menjelma hal-hal yang tidak biasa. Semisal tiba-tiba dihantui ketakutan akan kehilangan kamu yang berlebihan. Kalau sudah begini. Aku harus menenangkan diriku dengan lebih. Bahkan tak jarang, aku didatangi mimpi yang aneh. Yang membuatku menghela napas panjang saat terbangun. Sungguh, rindu kadang menjelma hal-hal yang menyeramkan. Namun, aku selalu ingin menenangkan diri. Aku paham, rindu yang tak terkendali bisa saja melukai hati. Bisa saja menjadi penyebab kesalahpahaman.  Itulah mengapa, saat aku merindukanmu, aku ingin mengatakan secepatnya. Karena dengan begitu, setidaknya, perasaanku bisa lebih tenang.  Meski rindu tak juga berkurang.

Jarak adalah satu-satunya hal yang harus kita kutuk. Namun apalah daya, kita tak pernah benar-benar bisa membuatnya seketika takluk. Aku tidak bisa berada di sampingmu saat ini juga. Saat rindu terasa semakin bergelora. Aku tak bisa menembus angin, lalu berdiri di sampingmu saat kau ingin. Kalau sudah rindu begini, aku hanya bisa mengabarimu. Atau memendam perasaanku sendiri. Dan rindu terasa semakin menyesakkan. Apalagi jika kau sibuk dengan duniamu. Kau sibuk dengan pekerjaanmu yang memang harus kau jalani pada jam tertentu. Mau tidak mau aku harus menerima. Aku tidak seharusnya menyalahkanmu. Itu bagian dari tuntutan hidupmu. Hanya saja rindu kadang membuat diri tak terkendali.

Satu hal yang aku mengerti; saat rindu sudah terlalu menumpuk di dada ini, aku hanya perlu meyakini, di sana kau juga merasakan hal yang sama. Kita hanya perlu berdoa sampai saatnya kita punya waktu berjumpa. Untuk saat ini biarkan rindu menjelma menjadi doa-doa. Menjadi energi yang menumpuk di tubuh kita. Mengajari banyak hal tentang bagaimana tabah dalam hal mencintai. Dengan begitu, kita bisa merasa lebih tenang. Percayalah, segala yang dijalani dengan tabah akan membawa kita kepada kemenangan yang indah. Tetap jaga hatimu di sana, kujaga rinduku padamu seutuhnya.

Tetaplah mengadu pada Tuhan, jika kita sudah merasa tidak tahan untuk menunda pertemuan. Sebab semua yang terasa tak akan pernah ada jika tak ada yang mengaturnya. Kita serahkan semua kepada yang mahacinta. Hanya itu yang bisa kita lakukan, saat  jarak tak bisa kita bunuh seketika. Aku ingin kau mengerti, di sini aku juga sedang berjuang sepenuh hati. Sama seperti aku percaya; di sana kau juga sedang berjuang untuk mempersiapkan segala rencana yang akan kita jalani nanti. Kalau rindu datang lagi kepada kita, menumpuk dan membuat kita merasa hampir gila. Berserahlah kepada yang mahacinta, sebab tiada cinta tanpa keinginan-nya.

Hatimu yang Dengan Penuh Kucintai.


Kepada kamu yang membuat aku jatuh hati dan memilih berhenti mencari. Mungkin saja esok kita merasa lelah dan jenuh dengan semua yang kita jalani. Bisa jadi kamu bertemu dengan orang baru yang mungkin terlihat menarik daripada aku. Atau aku yang tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang berbeda dari dirimu, dan suka padanya. Kita mungkin saja ada di fase seperti itu. Berada pada titik ingin merasakan hal baru. Ingin menjalani sesuatu yang bisa saja terlihat lebih merayu.

Namun, pahamilah, saat memilih saling jatuh hati kita sudah meniatkan dan bersepakat untuk berhenti mencari. Ingat-ingat lagi, bagaimana panjangnya perjalanan yang telah kita lalui. Berapa banyak hal pernah kita lewati. Lalu, jika saat ini ada hal baru, yang bisa jadi hanya penguji rasa di dada. Akankah kamu menyerah begitu saja? Bukankah kita selalu percaya; cinta jauh lebih kuat dari apa saja.

Marilah mendekat untuk mendekapku lagi. Pelan-pelan kuatkan lagi janji-janji yang mungkin kendur sebab ambisi. Kita rekatkan lagi perasaan-perasaan yang mulai dingin dan pucat pasi. Sebab, kita sudah memilih saling jatuh cinta. Maka, selayaknya bertahan dan kembali saling menjaga. Hatimu sudah menjadi bagian dari apa saja yang aku gelisahkan. Begitu pun dengan hidupku, sudah menjadi pengisi hari-harimu. Hal-hal yang tak pernah ingin lepas dari apa saja yang kau hadapi. Senang dan sedihmu.

Semoga kamu mengarti, bahwa dengan tetap mencintai dan bertahan padamu aku merelakan banyak hal terlewati. Namun aku tidak pernah menyesali, sebab bersamamu hal sederhana pun bisa terasa lebih berarti. Jangan berniat pergi lagi. Hatimu sudah terlanjur menjadi hal yang dengan penuh kucintai. Kita adalah dua orang yang sama-sama berjuang melawan rayuan. Bukan kamu saja yang sedang memperjuangkan. Aku pun juga selalu mengabaikan perasaan lain yang datang kepadaku. Perasaan yang mungkin saja membuatku melepaskanmu jika mengikutinya. Namun, aku tidak pernah memilih membiarkannya hidup berlama-lama dalam kepalaku. Sebab, aku sudah memilihmu dan selalu ingin berhenti mencari cinta yang baru.